Pages

Sabtu, 02 Juli 2011

CANDU*

“ Kau terlalu jauh meninggalkan umurmu ”
“ Ya! Mungkin benar. Tapi apa kau sadar kalau kau  ternyata telah jauh ditinggalkan umurmu ”
“ Aku menunggu! Sampai aku lelah “lanjutnya satelah menunduk berapa lama.
“ Aku tidak melihat itu “
“ Memang kau melihat?“
“ Iya aku melihat! Aku melihat motor dan mobil yang bergantian mengantarmu!”
“ Bahkan sekarang aku mendengar. Mendengar kalau kau akhirnya memilih untuk menikah. Dari mulutmu sendiri.” lanjutnya.
“ Kau tidak lebih dari tetangga-tetangga peng-gosip itu. Picik!”
“ Kau jangan menuding. Kau yang mau menikah. Apa sebenarnya tujuanmu memanggil aku disini?”
“ Memastikan. Memastikan apakah penantianku itu benar.”
“ Kalau kau menunggu. Kau adalah permata yang menuggu. Selalu dilirik tanpa takut terbuang!”
“ Tapi aku. Aku adalah penonton yang menunggu. Hanya bisa melihat dengan harapan kau melirik kehisterisanku “ lanjutnya.
“ Kau selalu membuang wajah mu dipertemuan kita. Tanda yang bagaimana yang kauharapkan. Aku malah tidak melihat benang merah antara cintamu dengan sikapmu. Kau terlalu dingin. Sehingga kutakut kalau cinta ini hanya aku yang miliki, tidak dirimu!”
 “ Kau sadar siapa aku! Si miskin yang bodoh. Berlebihan mengekspresikan cinta pada putri adalah sebuah kesalahan besar. Dicemooh dan dihujat itu bisa kudapatkan. Itu dosa!”
“ Dalam cinta tidak ada kasta. Semua di anugrahi itu. Yang membedakan hanya siapa yang berani bertarung untuknya maka dia akan menjadi pemenang dan yang mendiam akan menjadi terluka”
“ Tapi sadar tidak kau bahwa apa yang kau punya membuatku bertambah lemah. Tidak ada yang mendukungku. Diriku, keluarga, sampai kehidupan ini tidak bersahabat dengan cintaku.”
Lalu mereka berdua terduduk dalam diam. Sangat diam. Tidak seberisik kota itu. Kota disisi-sisi mereka.
“ Sudahlah. Semua sudah terjadi. Cinta yang terjadi dalam diri kita berdua itu telah kita aniaya dengan tidak menunjukkannya. Sampai saat memilukan ini memaksa kita untuk menunjukkanya. Besok aku akan menikah dengan laki-laki yang entah apakah sudah tepat. Aku hanya sadar kalau hidup ini bukan mimpi. Andai saja dulu kita dipertemukan dengan keadaan ini mungkin apa yang kita rasakan bisa terekspresikan  dan tidak akan seperti ini. Kau bukan satu-satunya yang bersalah,akupun juga terlalu angkuh “
“ Iya. Terima kasih, karena telah menunjukkan bahwa sesungguhnya yang kurindukan itu ada. Hanya saja aku yang tidak punya keberanian. Nyaris 15 tahun aku benar-banar telah memupuk cinta itu tapi sekaligus melukainya karena kubangun dalam hayal. Padahal sebenarnya diluar, tidak sadar itu sebenarnya ada. Hanya saja aku yang terlalu asik dengan mimpiku. Dan ketakutanku. Aku akan melupakan mu.”
“ Aku juga. Kita memang harus belajar melupakan kisah yang tidak pernah terjadi ini”
“ Terima kasih kau mau memenuhi panggilanku . Besok tolong jangan hadir kepestaku dengan cintamu. Karena aku tidak tahu apakah aku akan kuat ” lanjutnya.
***
“ Dua tahun ini semua berjalan seperti janji yang kita buat malam itu, dikafe itu. Tapi kenapa kau buyarkan sekarang.”
“ Apa yang aku buyarkan. Serapuh itukah hingga seperti buih, kau bisa menutupnya dengan satuan waktu?”
“ Lagi-lagi kau tidak membuatku mengerti. Mungkin kau memang mahluk yang diciptakan untuk menyiksaku. Seperti Iblis terhadap Adam”
“ Kau tidak mengerti “
“ Apa yang tidak kumengerti. Kukira sudah jelas. Kita harus lupa “
“ Dua tahun lalu, setelah malam itu. Beberapa menit setelah itu. Aku rasa ada suatu yang besar yang hilang dari hidupku selama puluhan tahun. Dan kusadar itu kau. Suatu kemustahilan membiarkan satu detik waktuku untuk tidak memikirkanmu”
“ Kau..”
“Usst... jangan kau putus penjelasanku!”
“ Dua tahun aku memikirkan dan akhirnya memutuskan dan mencoba membina keputusan itu untuk sekarang” lanjutnya.
“ Apa? Yang seperti sekarang! Tapi kenapa kau pilih dia? Kau tahu dia adik ku”
“ Iya aku tahu. Dan dia adalah satu-satunya peluang ku untuk bisa selalu lebih dekat dengan kau. Tidak mungkinkan kau pergi meninggalkan adikmu dengan keadaan seperti itu, meski dia sekarang telah mempunyai suami”
“ Kau mempermainkannya. Kau memang bangsat. Sedari kecil, ketika kalian sering bersama sabagai sahabat. Dia sering memujamu ketika berbicara dengan ku. Sebagai anak laki-laki yang menyenangkan.”
“ Aku tahu. Dulu pun persahabatan itu untuk lebih dekat dengan kamu”
“ Dia satu-satunya adik perempuanku. Dia lemah. Jadi kalau kau melukainya maka kau akan berhadapan denganku”
“ Anugrah untukku kalau ternyata Tuhan mengirim mu sebagai malaikat mautku. Dan aku tidak rela kalau harus mati terbunuh tapi bukan atas campurtanganmu.”
“ Kau gila..”
“ Mungkin seperti itu pula kegilaan Iblis sehingga terus menggoda Adam. Karena cinta”



*blog ini pernah diterbitkan dalam tiyo-is-bad.blog.friendster.com sekitar tahun 2007 atau 2008

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 anne nakke. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.