Pages

Senin, 04 Juli 2011

Bereng-Bereng ( DragonFly)


Emptiness is killing me. Hits my face like the moon crashes the sun…
( Farida Susanty, Dan Hujan Pun Berhenti).

Rabu

Dulu, ketika ada kupu-kupu yang masuk kedalam rumah pada malam hari maka nenek atau tanteku akan bilang kalau dalam beberapa hari ini akan ada tamu yang datang, kedatangan mahluk bersayap itu menjadi penandanya. Aku sebagai anak kecil waktu itu tentu saja percaya, sepeti mitos-mitos lainnya, maka setiap malam ketika ada kupu-kupu terbang bingung di sekeliling lampu di atas plafon aku akan menebak siapa lagi yang akan datang dalam beberapa hari ini. Bahkan ketika aku berharap seseorang untuk datang , maka  ketika kupu-kupu atau serangga lainnya  berkunjung pada malam hari dan berputar-putar di langit-langit ruangan, hal itu akan menambah lega harapan ku itu. Seorang anak kecil memang kadang terlalu lemah untuk tidak bersandar pada hal-hal yang absurd, demi menyenangkan mimpi-mimpinya.

Dan malam ini, ketika aku sedang menikmati malam-malam menjadi pengangguran dengan menonton film di komputer, dengan keadaan ruangan seperti biasa, keadaan gelap, tiba-tiba ketenangan itu dibuyarkan dengan kehadiran seekor capung yang bergerak-gerak liar didepan monitor seperti seorang suku astek  yang sedang kerasukan didepan pemujaan pada dewa matahari, iya, satu-satunya cahaya terang diruangan itu memang hanya monitor ini dan capung itu terus menciuminya seakan mau masuk kedalamnya. Aku tambah tenggelam dalam diam ketika hal itu terjadi, nalar rasional ku yang sudah membuang hal-hal yang beraroma mitos mengatakan kalau capung ini tidak sengaja tersesat kedalam kamar ku ini dan itu hal yang naluriah kalau serangga sangat tertarik pada sumber cahaya. Tapi ada rasa yang seakan terhibur dengan kedatangan mahluk ini, sebuah rasa yang lalu memebesarkan sebuah harapan, “Hmmmm….siapa yang akan datang? Apa untukku, karena serangga ini masuk kekamar ku?” rasa itu terus bertanya. Iya, rasa itu adalah kesepian.

Sabtu

Untuk beberapa detik, tubuh ini membeku, terasa keram mulai dari ujung kaki sampai ubun-ubun bahkan diyun-ayun kan oleh bentor (becak motor) ini, bibir ini mengatup sedang mata terus terbuka bergetar menatapi pemandangan yang tidak lebih sepuluh meter itu dan mendekat , “ Kaukah itu?” batin ku bertanya yakin karena saya tau kalau mata normal itu bisa meliat jelas lebih jauh dari sepuluh meter dan saya yakin mata saya masih normal. Sampai akhirnya lebih dekat dan saya tau kalau itu bukan kau, kanya mirip dari kejauhan saja, mirip gaya berpakaianannya, mirip warna yang sering kau pakai, postur tubuhnya juga hampir sama seperti kalau kau duduk, wajahnya juga putih dengan mata yang agak lebar, sayang itu bukan kau. Dan ketika semua jelas, paru-paruku pun akhirnya mendapat isin untuk bekerja lagi membuat nafas yang teratur. Aku berbalik pada adikku yang duduk disamping ku, “ Saya kira kakak…” dia juga ternyata tertipu, “ Iya saya juga” kataku sembari mengusap setitik keringat yang sempat mengalir dari tubuh yang dingin ini.
         
            Hal yang aneh memang, kenapa saya harus kaget kalau pun benar itu kau yang sedang menuju kearah rumah ku. Ini bukan pertama kali saya bertemu kau setelah kita tidak bersama lagi. Saya masih bisa melihat wajah mu atau mengetahui beberapa aktifitas dan suasana hatimu melalui jejaring sosial. Bahkan beberapa minggu lalu saya bahkan menjenguk kau dirumah sakit. Lalu apa yang harus saya kagetkan kan? Hufftttt….. Saya tahu kalau pertemuan dengan kau itu mungkin dibeberapa momen adalah hal yang biasa tampakannya, tapi sebuah kesadaran bahwa suatu saat ketika kau datang lagi kerumah ini, pasti dengan membawa suatu hal yang besar meski aku tidak tau itu apa. Dan sampai sekarang saya belum yakin kalau saya siap menghadapi itu. Itulah yang membuat tubuh ini beku, kebingungan dalam kegembiraan VS ketakutan.

You’re so hypnotizing, Could you be the devi, Could you be an angel
( Katy Perry, E.T. )
           
          Manusia harusnya berbahagia ketika bertemu dengan yang dia mimpikan dan usahakan. Manusia selalu mau untuk menggapai yang diinginkannya. Tapi saya sendiri mulai tidak yakin dengan pendapat itu. Hal yang baik dan menggembirakan selalu pergi dan sangat cepat sedangkan hal yang yang menyakitkan selalu terasa lama untuk terhapus. Kita bisa bertemu dengan apa yang kita ingin kan, orang-orang atau hal lain, lalu kita kan bergembira dengannya. Tertawa dan menangis, asal bersamanya tidaklah mengapa, kita akan mencurahkan pikiran dan segala usaha kita untuk terus hidup dengan kegembiraan itu, sampai waktu tidak menjadi batasan lagi, dan kita tidak lagi merasakan waktu itu yang terus berjalan. Tapi ketika orang itu atau hal itu pergi maka kita akan terjerembab mati, perhatian kita hanya untuk membunuh waktu dan agar waktu itu cepat berjalan untuk segera bertemu ujung semuanya dan menghentikan penderitaan itu. Meskipun akhirnya waktu berjalan lebih lambat.

           Sekarang duniaku kupersempit. Duniaku sekarang terdiri dari seorang ibu, seorang kakak perempuan, seorang adik perempuan, seorang tante, seorang kemenakan laki-laki, seorang kemenakan perempuan, beberapa instrumen untuk melengkapi fenomena yang datang lau pergi silih berganti dan sebuah cerita yang digantung dilangit sana. Dan seperti ketika melihat capung itu berkunjung kekamarku pada malam hari, akan ku tanggapi semua harapan tidak dengan hanya sebuah harapan yang utopia lagi meski tetap menikmatinya, karena hidup yang ada kini seperti bibir pantai yang menerima datang dan perginya ombak, menerima apa yang dibawa oleh buih (entah dibawa pergi kembali atau disimpan saja), kedinginan pada malam hari dan kepanasan pada siang bolong, tapi yang pasti selalu indah pada pagi dan sore hari. Itulah setitik harapan yang tertinggal yaitu titik di ujung kiri dan kanan bibir ketika tersenyum. Senyum yang mengantarkan kita untuk tetap merasakan hidup meski dunia sudah meninggalkan kita karena sudah muak dengan keluhan atas penderitaan yang kita buat sendiri. Iya, senyum itu juga bisa diperuntukkan untuk menghibur diri sendiri.

Lalu seekor capung terbang bebas meninggalkan tanda-tanda yang dibawanya, dan keresahan tergambar gamang dalam coretan ini.

Tetap tersenyum : )

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 anne nakke. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.