Pages

Sabtu, 02 Juli 2011

CANDU lagi ( bukan lanjutan )

Tok!!...Tok!!... “Assalamu alaikum kak”
“.......”
“Mengganggu yah?”
“huffttt.....”
“.......”
“Masuk”
“Hmmmm...terima kasih”
“Uhuk..hmmhmmm.....ada apa?”
“M...ee...mmm......kak sebelumnya maaf kalo saya lancang”
“......”
“Huffttt...saya yakin kakak sudah tau berita itu, tapi saya pikir baiknya saya yang memberitahu sendiri”
“......”
“Kak. Saya akan menikah, kakak tahu dengan siapa kan? Maaf! Sekali lagi maaf”
“M.......”
“Sekalian saya bawakan undangannya untuk kakak”
“Huffft..... Apa yang saya bilang beberapa tahun lalu belum jelas?”
“Mmmmm....Tapi...”
“Jangan ada tetapi, sudah saya bilang jangan undang saya..”
“Huffttt.... Saya mau kakak hadir, karena biar bagai mana saya tidak mau memutus hubungan persaudaraan senior junior”
“Itu tidak akan luntur, saya pikir kau mengerti saya dan alasan saya tidak perlu hadir dipesta itu”
“Iya saya mengerti, kak saya minta maaf sebesar-besarnya”
“Selalu saya bilang kalau saya sudah memaafkan kau sebelum kau melakukan kesalahan itu. Jadi jangan khawatir”
“Mmmmm”
“Tetap tersenyum”
“Hee.... mmm kapan kakak menyusul?”
“Menyusul apa?”
“Heeeee menyusul mencari calon dan menikah? Hehehe maaf”
“......”
“Kak...maaf, Cuma bertanya. Kan itu baik. Menikah itu menyempurnakan ibadah”
“Kalau dia menyempurnakan ibadah pasti saya tidak diposisikan begini”
“..... Saya salah kak atas semua ini”
“Bukan kau atau saya, tapi keadaan yang membuat semua menjadi sulit”
“Kenapa sulit?”
“Iya sulit sekali”
“Iya, Sulitnya kenapa?”
“Hufftttt... Kau datang pada saat saya sudah belasan tahun tidak mempunyai pasangan hati, saya sudah terbiasa kesepian saat itu. Tapi kau datang dan saya membiarkan kau menghancurkan pertahanan itu”
“..... Kak”
“ Celakanya saat saya mulai nyaman dengan kau, kita harus berpisah. Dan ternyata begitu lama saya menyendiri itu tidak seberat beberapa bulan saya harus melupakan mu. Tidak sangka semua proses itu membuat semakin parah. Sekarang saya takut”
“Takut?”
“Iya saya takut. Saya mungkin bisa menghapus kau dari persaan ku. Tapi tidak sengaja saya juga menanam ketakutan, paranoid”
“Ketakutan macam apa kak?”
“Saya berfikir bahwa kau saja yang sudah sangat mengenal saya tanpa tersisa rahasia dari saya dapat melakukan itu pada saya, sadis menurut saya. Apa lagi orang yang belum saya kenal”
“Kak! tidak boleh menjustifikasi seperti itu. Kakak tidak akan tau kalau tidak mencoba membuka diri, seperti waktu terhadap saya, kakak tidak mungkin mengenal orang lain tanpa membiarkannya masuk dan memperkenalkan diri”
“Entahlah, tapi saya terlanjur takut dengan kaum mu”
“Kak coba lagi...”
“Huffftttttt...... Sudahlah, biar saya yang menentukan itu semua. Kamu pulang saja”
“Hufftttt....... Saya hanya mau yang terbaik tuk kakak. Saya yakin itu ada. Sekali lagi maaf kak. Saya pamit”
“Iya, bawa juga undangan mu, maaf saya tidak bisa hadir. Harap maklum”
“Huffttt... Iya saya maklum. Assalmu Alaikum”
“.........”
***
“Dra, jangan jauh jauh yah! Awas hilang sekitar sini saja liatnya. Ibu mau ketempat jual alat dapur dulu”
“Siap bos, Cuma ditempat jual kamera kok”
“Daimana?”
“Itu, disana yang ruangannya biru”
“Yang mana?”
“Itu yang kelihatan dari sini loh. Yang ada orang berdiri itu loh”
“Yang ma.... Astaga itu...”
“Itu siapa bu? Eh...tunggu bu, main tinggalin aja”
-------------------
“Kak...”
“Eh... Kamu, Sama siapa?”
“Ini sama anak saya. Kenalkan Jendra. Dra ini kenalkan kakak senior ibu dikampus dulu”
“........”
“Sama siapa kak?”
“Hehehe...sendiri”
“Oooo istrinya mana”
“Hehe.... tahun depan baru 11 tahun dari hari itu. Jadi, seperti yang dijanjikan, tahun depan mungkin saya akan mengenalkan kalau saya sudah ketemu yang kau tanyakan”
“........”
“Saya duluan yah. Eh anak kamu gagah”
“Huffttt... Iya, makasih kak”




0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 anne nakke. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.