Pages

Minggu, 08 Mei 2011

Ironi : Peragu Sekaligus Mencinta

Akulah yang meragukan mu.
Mempertanyakan siapa dirimu.
Milik ku kah jika tidak lagi ramah untuk ku.
Bintang besar yang bercahaya redup dalam pandanganku.

Akulah yang meragukan mu.
Berhari-hari memisah jarak dan waktu.
Pantaskah kau tidak memupuk rasa itu menjadi kuat dengan diri yang lain
Sedangkan hari-hariku meliuk melingkar jalan perih nian.

Kita sekarang berbeda.
Bahasa kita terdikotomi dua dimensi.
Perilaku kita rutinitas Raja dan Hamba sahaya.
Warna kita cahaya dan hitam, disharmoni.
Pagi kau menjauhi mentari, aku mendekati terbitnya
Sekarang apakah kau buta pada perbedaan ini.

Lalu ketukan besar mendobrak dari dalam.
Menamparku dan mencium ku
Sebuah ruang kecil dalam diriku menuntut berbeda
Demonstrasi didalam minoritas perasaan beku.
Kau adalah dirinya meski dia adalah dirinya saja
Gema itu berbisik tajam pada ku yang galau.

Ternyata aku sendiri ketika aku menghujat mu
Ternyata aku mushafir ditengah gurun tanpa petunjuk jika mengacuhkan mu.
Perih menikam dari empat penjuru
Gerah menyiram luka gelisah dengan selaut banyu.

Maka kukatakan bahagiamu untukmu saja,
Asal kau biarkan aku tetap menonton mu.
karena
Aku meragukan mu tapi aku mencintai mu.
Jadi duduk nyamanlah di kursi pesakitan.
Itu adalah singgasana dari cintaku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 anne nakke. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.